1.
PENDAHULUAN
Pengambilan keputusan merupakan awal aktivitas organisasi, yang
menyangkut masa (Syamsi, 1995). Mengambil keputusan merupakan bagian dari
proses mempertimbangkan, memahami, mengingat dan menalar tentang segala sesuatu
(Dahlan, 2005). Keputusan diambil dengan mengetahui dan merumuskan masalah
dengan jelas, kemudian pemecahan masalah tersebut harus didasarkan pemilihan
alternatif keputusan terbaik (Syamsi, 1995). Dengan demikian pengambilan
keputusan melakukan perbandingan atas beberapa alternatif dan melakukan
evaluasi terhadap manfaatnya (Yustina, 2007).
Pengambilan keputusan merupakan pekerjaan yang paling penting bagi
manajer dan penuh
resiko
karena keputusan yang salah dapat merugikan bisnis(Yustina,2007). Lebih lanjut
Newman,(2007) menambahkan bahwa keputusan yang dibuat para decision makers dapat
memiliki resikoserta ketidak pastian yang tinggi tanpa adanya jaminan
keberhasilan keputusan yang dibuat, dalamkenyataan terkadang proses membuat
keputusan (decision making) merupakan sebuah proses trial and error.
Fenomena mengenai pengambilan keputusan terjadi di DJP. Menurut
David (2005)
pengambilan keputusan di Dirjen Pajak belum optimal karena
dalam pengambilan keputusan yang ada masih
mengejar keuntungan semata atau hanya karena dipengaruhi oleh pihak-pihak lain.
Selain itu menurut Daniri (2006) masih belum adanya check
& balance dan akuntabilitas yangmemadai serta tidak ada pembagian pengambilan
keputusan yang tepat atas perbedaan pendapat antara
wajib pajak dan DJP.
Pelaksanaan keputusan itu sendiri lebih ditekankan pada sifat
kepemimpinan dari orang
yang mengambil keputusan (Ibnu Sayamsi 2000: 2).
Selain itu, manajemen dalam menjalankan fungsi
dan aktivitas bisnisnya yang meliputi Planning(Perencanaan),
Organizing (Pengorganisasian), Actuating
(Pengarahan) dan Controlling (Pengendalian), senantiasa
memerlukan
informasi untuk membuat keputusan (David Kroenke, 1989 : 10).
Mengambil keputusan akan rumit dan sulit apabila informasi yang tersedia terbatas (Yoel,2012).
Informasi tersebut harus dikelola dengan baik dengan cara mengatur sumberdaya
informasi
(Mc. Leod, 2004: 39). Karena informasi yang tidak
akurat, adalah informasi sampah yang tidak adamanfaat-nya bagi pengambilan
keputusan (Anwar Nasution, 2007).
Dari uraian-uraian yang sudah ada secara umum dapat dikatakan
bahwa sistem informasi
manajemen
merupakan suatu sistem yang dirancang untuk menyediakan informasi (David, 1985).Sistem
informasi manajemen menyediakan informasi untuk pengabilan keputusan dan
pengaruh perhatian baik dalam satuan keuangan maupun non keuangan bagi manajer
(Juseph W. Wikinson,1993). Para manajer memerlukan informasi keuangan sebagai
dasar untuk mengambil keputusan mengenai perusahaan atau
bagian yang dipimpinnya (Mulyadi, 2012).
Oleh karena itu diperlukan Sistem informasi
manajemen (SIM). Waters (2004).
Lebih lanjut Hall (2001) dan McLeod dan Schell (2001)
mengklasifikasikan sistem informasi menjadi Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) dan Sistem Informasi Manajemen (SIM), system pendukung
keputusan (Decision Support System/DSS), kantor virtual (atau otomasi
kantor) dan sistem berbasis pengetahuan (knowlegde-based
system/expert system).
Sistem informasi manajemen merupakan kegiatan yang penting dalam
suatu organisasi
atau perusahaan (Switser dan Waters, 2004 ), sehingga Moekijat (2000:102), menambahkan bahwa pengembangan
suatu sistem informasi manajemen merupakan keharusan mutlak apabila pimpinan
organisasi ingin melakukan tugas-tugas
kepemimpinannya dengan efektif. Karena dengan system informasi manajemen, manajer dapat menerima informasi yang lebih akurat dan tepat waktu
mereka menjadi lebih cepat membuat keputusan sehingga
sedikit manajer yang dibutuhkan dalam struktur
organisasi (Laudon, 2007: 107). Dan dapat membantu perusahaan ke arah
pencapaian tujuan dengan sukses (Anthony et
al, 1989; Atkinson et al, 1995).
Fenomena
mengenai sistem informasi manajemen terjadi di instansi Ditjen Pajak yaitu terletak
pada komponen sistem informasi manajemen, dimana hardware yang digunakan oleh
Ditjen Pajak kualitasnya belum sesuai dengan kebutuhan pengguna (Agus Martowardojo dalam Siti Kurnia Rahayu,
2011). Sedangkan menurut Tobari (2012) hardware yang digunakan oleh Ditjen
Pajak kurang uptodate. Tidak hanya itu pegawai pajak dalam mengakses informasi
penerimaan pajak melalui sistem Modul Penerimaan Negara, informasi tersebut
tidak bisa diakses secara cepat bahkan gagal (Ery, 2011). Kondisi ini
disebabkan oleh bandwidth yang ada di Ditjen pajak masih kecil sehingga apabila
banyak diakses oleh pegawai pajak maka akan menjadi lamat (Tobari, 2012).
Selanjutnya Azhar Susanto (2008: 253)
menjelaskan bahwa salah satu komponen dalam sistem informasi adalah sumber daya
manusia yang sangat penting, karena ikut menentukan kesuksesan organisasi.
Secanggih apapun struktur, sistem, teknologi informasi, metode dan alur kerja
suatu organisasi, semua itu tidak akan dapat berjalan dengan optimal tanpa
didukung sumber daya manusia (SDM) yang capable dan berintegritas. Harus
disadari bahwa yang perlu dan harus diperbaiki sebenarnya adalah sistem dan
manajemen SDM, bukan semata-mata melakukan rasionalisaasi pegawai, karena
sistem yang baik dan terbuka dipercaya akan bisa menghasilkan SDM yang
berkualitas (Siti Kurnia Rahayu, 2010: 114).
SDM dalam sistem informasi manajemen
merupakan sumberdaya yang terlibat dalam pengumpulan dan pengolahan data,
pendistribusian dan pemanfaatan informasi (O’brien, 2010). Lebih lanjut Sugeng Wibowo(2011)
menjelaskan bahwa Sistem Informasi Manajemen merupakan suatu proses pengolahan
data yang akan menghasilkan output berupa informasi. Sementara itu struktur
organisasi akan menentukan bagaimana arus informasi tersebut berjalan dalam
suatu organisasi. Karena sistem informasi dibangun untuk mengalirkan informasi
sesuai dengan hirarki dalam struktur organisasi (Scott, 2001: 8).
Semakin besar lapisan hirarki struktur
organisasi akan semakin rumit sistem informasi yang dibangun, selain itu
rentang kendali dalam struktur organisasi juga mempengaruhi sistem informasi (Scott,
2001:10). Semakin lebar atau besar rentang kendali maka semakin efisien
organisasi, karena mempercepat proses pengambilan keputusan dan meningkatkan
fleksibilitas (Robbins dan Judge, 2007:220).
Sistem informasi yang didesain untuk organisasi merupakan salinan
struktur komunikasi antar unit di dalam organisasi, sehingga kualitas produk
sistem informasi sangat dipengaruhi oleh struktur organisasi (Nagappan et al.,
2009:1).
Struktur organisasi yang jelas dan teratur
dapat membantu untuk memeproleh informasi yang dibutuhkan, sebab dalam struktur
organisasi yang jelas dan teratur terdapat tugas dan tanggung jawab
masing-masing bagian yang harus dilakukan (Winardi, 2010). Sementara itu Robins
(1990) menambahkan bahwa struktur organisasi mengacu pada bagaimana
tugas pekerjaan dibagi, dikelompokkan dan dikoordinasikan secara formal.
Struktur organisasi merupakan salah satu sarana yang digunakan manajemen untuk
mencapai sasarannya (Robins dan Judge, 2007:236).
Selama ini struktur organisasi Ditjen
Pajak didasarkan pada jenis pajak. Dengan struktur organisasi seperti ini
pelaksanaan tugas di lapangan seringkali menimbulkan ketidakefisienan yang mengakibatkan
pelayanan dan pengawasan tidak optimal (Djazoeli, 2005). Selanjutnya Nur (2007)
menambahkan bahwa Dirjen Pajak merasa perlu melakukan perubahan struktur
organisasi dariberdasarkan per jenis pelayanan menjadi organisasi dengan
struktur berdasarkan fungsi. Pada April 2007, Dirjen Pajak melakukan perombakan
besar-besaran di kantor pajak, sekitar 30 ribu karyawan berputar posisi, hal
ini membuat beberapa karyawan kebingungan dan menimbulkan demoralisasi di kantor
Pelayanan Pajak (Wibowo, 2008). Belum lagi pegawai yang sering mengeluh karena pekerjaan
yang diemban lebih banyak dari sebelumnya (Tobari, 2012).
Untuk
melaksanakan perubahan secara lebih efektif dan efisien, sekaligus mencapai
tujuan organisasi yang diinginkan, penyesuaian struktur organisasi DJP
merupakan suatu langkah yang harus dilakukan dan sifatnya cukup strategis
(Prabu Kresna, 2012). Oleh karena itu, struktur organisasi harus juga diberi
fleksibilitas yang cukup untuk dapat selalu menyesuaikan dengan lingkungan
eksternal yang sangat dinamis, termasuk perkembangan dunia bisnis dan teknologi
(Siti Kurnia Rahayu, 2010).
2.
KAJIAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian
Struktur Organisasi
Pengertian Struktur Organisasi
menurut Stephen P. Robbins dalam Tim Indeks (2006:585) adalah: “Kerangka kerja
formal organisasi yang dengan kerangka kerja itu tugas-tugas pekerjaan dibagi-bagi
dikelompokan, dan dikoordinasikan”.
Pengertian Struktur Organisasi
menurut Hasibuan (2004:128) adalah :“Struktur organisasi yaitu mengambarkan
tipe organisasi, pendepartemnan organisasi, kedudukan dan jenis wewenag
pejabat, bidang dan hubungan pekerjaan, garis perintah dan tanggung jawab,
rentang kendali dan sistem pemimpinan organisasi”.
Sedangkan Pengertian Struktur
Organisasi menurut Richard M. Steersdalam M. Jamin (1985:70 ) adalah : “Struktur
Organisasi merupakan cara selaras dalam menempatkan manusai sebagai bagian organisasi
pada suatu hubungan yang relatif tetap, yang sangat menetukan pola-pola interaksi,
koodinasi dan tingkah laku yang berorientasi pada tugas”.
Berdasarkan beberapa pendapat para
ahli di atas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Struktur Organisasi
adalah pola hubungan antara individu dalam suatu kelompok social dalam
melaksanakan tugas atau pekerjaan secara formal dibagi, dikelompokkan dan dikoordinasikan
sehiga merupakan sebuah kesatuan yang harmonis yang diarahkan secara trus menerus
pada satu tujuan tertentu.
2.2
Indikator
Struktur Organisasi
Suatu Struktur Organisasi menetapkan
cara tugas pekerjaan dibagi, dikelompokkan dan
dikoordinasi secara formal. Adapun indikator mengenai
Struktur Oraganisasi menurut Stephen Robbins
dalam Tim Indeks (2006: 585-593) adalah sebagai berikut :
1.
Spesialisasi
Kerja : Spesialisasi maksudnya adalah sampai tingkat mana
tugas dalam organisasi dipecah-pecah menjadi pekerjaan yang terpisah-pisah.
Hakikatnya, daripada dilakukan satu individu, lebih baik pekerjaan tersebut
dipecah menjadi sejumlah langkah dan tiap langkah dilaksanakan oleh
individu yang berlainan. Spesialisasi
meningkatkan efisiensi, tapi pada tingkat tertentu, spesialisasi menimbulkan
kerugian-kerugian. Contoh kerugian yang mungkin timbul adalah kebosanan,
kelelahan, stres, produktifitas kerja rendah, kualitas kerja buruk,
meningkatkan mangkir kerja/membolos, bahkan pada perusahaan swasta bisa
meningkatkan jumlah pekerja yang keluar dari perusahaan.
2.
Departementalisasi
: Departementalisasi maksudnya adalah dasar yang dipakai dalam pengelompokan
pekerjaan sehingga tugas yang sama atau mirip dapat dikoordinasikan dengan
lebih baik. Penggolongan pekerjaan dapat dilakukan atas dasar fungsi, produk,
lokasi/geografi, pelanggan, atau kategori lain.
3.
Rantai
Komando : Rantai Komando adalah garis tidak terputus dari
wewenang yang tertentu, dari puncak
organisasi sampai ke eselon terbawah. Intinya, rantai komando memperjelas siapa
melapor ke siapa. Agar berjalan dengan baik, rantai komando memerlukan dua
unsur pelengkap, yaitu:
a. Wewenang,
yaitu hak-hak yang melekat dalam posisi manajerial untuk memberi perintah dan
mengharapkan agar perintah itu dipatuhi.
b. Kesatuan
komando, yaitu seorang bawahan seharusnya punya satu atasan kepada siapa ia
bertanggung jawab langsung.
4.
Rentang
Kendali : Rentang kendali adalah jumlah bawahan yang dapat
diatur manajer secara efektif dan efisien. Dalam rentang kendali yang lebar,
terdapat efisiensi dalam hal biaya, tetapi kurang efektif, karena
penyelia/supervisor/atasan tidak punya cukup waktu untuk memberi kepemimpinan
dan dukungan kepada bawahan. Sedangkan jika rentang kendalinya kecil,
konsekwensinya adalah adanya kontrol yang akrab. Meskipun demikian, akibat
negatifnya adalah
a. Mahal,
karena harus menambah tingkat manajemen.
b. Komunikasi
vertikal menjadi rumit karena hirarki tambahan memperlambat pengambilan keputusan.
c. Cenderung
pengawasannya lebih ketat dan berlebihan sehingga tidak mendorong otonomi karyawan.
Kecenderungan dalam praktek manajemen adalah rentang kendali yang lebar.
5.
Sentralisasi
dan Desentralisasi : Sentralisasi adalah tingkat dimana
pengambilan keputusan dipusatkan pada suatu titik tunggal dalam organisasi.
Sedangkan dalam desentralisasi ada keleluasaan, dimana pengambilan keputusan
didorong ke bawah pada tingkat pekerja terendah.
6.
Formalisasi
: Formalisasi adalah suatu tingkat dimana
pekerjaan dalam organisasi itu dibakukan. Jika pekerjaan sangat diformalkan,
pelaksana pekerjaan hanya punya sedikit keleluasaan tentang apa yang harus dikerjakan, kapan harus dikerjakan, dan
bagaimana seharusnya mengerjakannya. Dalam formalisasi, siapapun yang
melaksanakan pekerjaan, dengan input dan proses yang sama, maka
akanmenghasilkan output yang konsisten dan seragam. Dalam kondisi formalisasi
yang tinggi terdapat:
a. Uraian
jabatan yang tersurat,
b. Banyak
aturan organisasi,
c. Prosedur
yang terdefinisi dengan jelas yang meliputi proses kerja dalam organisasi.
2.3
Pengertian
Sistem Informasi Manajemen
Pengertian
Sistem menurut Mulyadi (2008 : 5) adalah sebagai berikut : “Sekelompok dua atau
lebih komponen-komponen yang saling berkaitan (subsistem-subsistem yang bersatu
untuk mencapai tujuan yang sama)”.
Pengertian
Sistem menurut Winarno (2006 : 114) adalah sebagai berikut :“Sekumpulan
komponen yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu”.
Pengertian
Sistem menurut McLeod (2001: 11) adalah sebagai berikut:“Asistem is a group of elements that are integrated with the common
porpose of achieving an objective”. Sistem adalah sekelompok elemen yang
terintegritasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.
Pengertian
Informasi menurut Jogiyanto (2005; 8) adalahsebagai berikut :“Informasi
diartikan sebagai data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti
bagi yang menerimanya” .
Pengertian
Informasi menurut Kusrini (2007:7) adalah sebagai berikut :“Informasi adalah
data yang sudah diolah menjadi sebuah bentuk yang berguna bagi pengguna yang
bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendukung sumber
informasi”.
Pengertian
Informasi menurut McLeod (2001: 15) adalah sebagai berikut:“Data yang telah
diproses, atau data yang memiliki arti”.
Pengertian
Sistem Informasi menurut Husain dan Wibowo (2002) adalah sebagai berikut : ”Sistem
Informasi adalah seperangkat komponen yang saling berhubungan yang berfungsi mengumpulkan,
memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pembuatan
keputusan dan pengawasan dalam organisasi”.
Definisi Sistem Informasi menurut Azhar Susanto
(2008:52) adalah sebagai berikut :“Sistem informasi adalah kumpulan dari
subsistem apapun baik phisik ataupun non phisik yang saling berhubungan satu
sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan yaitu
mengolah data menjadi informasi yang berarti dan berguna”.
Sedangkan
menurut definisi dari Robert A.leitch dan K.Roscoe Davis dalam Jogiyanto (2005;11)
adalah sebagai berikut: “Sistem informasi adalah suatu sistem didalam suatu
organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian , mendukung
operasi ,bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan
menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan”.
Sedangkan
pengertian Sistem Informasi Manajemen (SIM) Scoot, dalam Komarudin dan Sastradipoera
(2005: 1) adalah sebagai berikut : “Serangkaian sub-sistem informasi yang
menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu dalam mentrasformasi
data, sehingga menjadi informasi melalui serangkaian cara untuk meningkatkan
produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat manajer atas dasar kretiria
mutu yang telah ditetapkan”.
Pengertian
Sistem Informasi Manajemen (SIM) menurutFrederick H.Wudalam Jogiyanto (2005 :
14)SIM adalah sebagai berikut : “Kumpulan dari manusia dan sumber daya modal
didalam suatu organisasi yang bertangung jawab mengumpulkan dan mengelola data
untuk menghasilkan informasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen di
dalam kegiatan perencanaan dan pengendalian”.
Sedangkan
menurut Gordon.B Davis dalam Jogiyanto (2005: 15) adalah sebagai berikut : “Sistem
Informasi Manajemen merupakan suatu sistem yang melakukan fungsi-fungsi untuk menyediakan
semua informasi yang mempengaruhi semua operasi organisasi”.
Berdasarkan
beberapa pendapat para ahli di atas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
Sistem Informasi Manajemen adalah seluruh rangkaian aktivitas kerja sistem
informasi yang membentuk satu kesatuan sistem dengan tujuan yang sama melalui
proses pengumpulan, penyimpanan, pengolahan sampai akhirnya menghasilakan
informasi yang berguna bagi seluruhanggota organisasi (pemimpin dan staf) untuk
membuat kebijakan atau menentukan keputusanmenjadi lebih baik berkenaan dengan
kepentingan organisasi.
2.4
Indikator
Sistem Informasi Manajemen
Adapun
indikator sitem informasi manajemen menurut Gordon B. Davis dalam Bob Widyahartono
(1991: 60) adalah sebagai berikut:
1. Hardware(Perangkat
Keras).
Perangkat keras bagi suatu sistem
informasi manajemen terdiri dari masukan/keluaran,unit penyimpanan file,
peralatan penyimpanan data dan terminal masukan.
2. Software(Perangkat
Lunak).
Perangkat lunak dapat dibagi dalam tiga
jenis utama:
a. Sistem
perangkat lunak umum, seperti sistem pengoperasian dan manajemen data yang
memungkinkan pengoperasian sistem komputer.
b. Aplikasi
perangkat lunak umum, seperti model analisis dan keputusan.
c. Aplikasi
perangkat lunak yang terdiri dari program yang secara spesipik dibuat untuk
setiap aplikasi.
3. Database/File.
File yang berisikan program dan data
dibuktikan dengan adanya media penyimpanan fisik yang disimpan di perpustakaan
file. File juga meliputi keluaran tercetak dalam catatan lain atas kertas,
mikro film dan sebagianya.
4. Prosedur.
Prosedur merupakan komponen fisik,
berbentuk fisik seperti buku panduan dan instruksi. Tiga jenis prosedur yang
dibutuhkan yaitu:
a. Intruksi
untuk pemakai
b. Intruksi
untuk penyiapan masukan
c. Intruksi
pengoperasian untuk karyawan pusat komputer.
5. Brainware
(Personalia Pengoprasian).
Operator komputer, analisa sistem,
pembuatan program, personalia penyiapan data, pimpinan sistem informasi.
6. Jaringan
Sumber daya jaringan merupakan media
komunikasi yangmenghubungkan komputer, pemroses komunikasi, dan peralatan
lainnya serta dikendalikan melalui software komunikasi.Sumber daya
jaringandapat berupa media komunikasi seperti kabel, satelit, seluler dan
dukunganjaringan seperti modem, software pengendali serta prosesor antar jaringan.
2.5
Pengertian
Pengambilan Keputusan Manajemen
Pengertian
Keputusan menurut Ukas (2004: 140) adalah sebagai berikut:“Serangkaian dari
pada proses pemikiran tentang suatu masalah yang dihadapi. Kejituan setiap
tindakan yang diambil oleh manajer sangat mentukan terhadap untuk keputusan yang
diambilnya dan kemungkinan keberhasilan dalam mencapai tujuan yang digunakan”.
Menurut
Ibnu Syamsi (2000: 7), keputusan adalah sebagai berikut: “Hasil dari pemecahan
masalah yang dihadapinya dengan tegas” Pengertian Keputusan menurut Salusu
(1996: 51) adalah sebagai berikut: “Sebuah kesimpulan yang dicapai sesudah
dilakukan pertimbangan ialah menganalisis beberapa kemungkinan atau alternatif,
sesudah itu dipilih satu diantaranya”.
Pengertian Pengambilan Keputusan menurut Endah Murtana
Sari (2009) adalah sebagai berikut : “Tindakan manajemen dalam pemilihan
alternatif untuk mencapai sasaran”.
Pengertian
Pengambilan Keputusan menurut Moekijat (2005 : 137) adalah sebagai berikut : “Merupaka
suatu proses pemilihan dari beberapa alternatif yang dapat bersifat kuantitatif
atau kualitatif, alternatif yang terbaik untuk memecahkan masalah atau
menyelesaikan suatu pertentengan”.
Pengertian
Pengambilan Keputusan menurut pendapat Siagian (2006: 19) adalah sebagai berikut :“Inti kepemimpinan
karena pengambilan keputusan adalah kegiatan intelektual yang secara sadar
dilakukan olehseseorang sehingga lebih menjamin bahwa hal-hal yang dihadapi
oleh organisasi telah diperhitungkan sebelumnya dan dengan demikian terhindar
dari berbagai jenis pendekatan”. maksud untuk mencapai tujuan organisasi secara
efesien dan efektif”.
Berdasarkan
beberapa pendapat para ahli di atas maka penulis dapat menarik kesimpulan pada
hakekatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan dan proses penentuan keputusan
yang terbaik dari sejumlah
alternatif untuk aktivitas dan kegiatan
pada masa yang akan datang yang diambil oleh manajemen/ manajerial untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
2.6
Indikator
Pengambilan Keputusan Manajemen
Indikator Pengambilan Keputusan
menurut Ibnu Syamsi (2002: 12) adalah sebagai berikut :
1. Tujuan.
Tujuan tersebut harus disesuaikan dengan
tingkat relevansi dengan kebutuhan, kejelasan dan kemampuan mempredeksi.
2. Identifikasi
Alternatif
Identifikasi alternatif maksudnya adalah
untuk mencapai tujuan tersebut, kiranya perlu dibuatkan beberapa alternatif,
yang nantinya perlu dipilih salah satu yang dianggap paling tepat.
3. Faktor
yang tidak dapat diketahui sebelumnya.
Faktor yang tidak dapat diketahui
sebelumnya artinya adalah keberhasilan pemilihan alternatif itu baru dapat
diketahui setelah putusan itu dilaksanakan. Waktu yang akan datang tidak dapat
diketahui dengan pasti. Oleh karena itu kemampuan pimpinan untuk memperkirakan
masa yang akan datang sangat menentukan terhadap berhasil tidaknya keputusan
yang akan dipilihnya.
4. Dibutuhkan
sarana untuk mengukur hasil yang dicapai.
Dibutuhkan sarana untuk mengukur hasil
yang dicapai maksudnya adalah, masing-masing alternatif pelru disertai akibat
positif dan negatifnya, termasuk sudah diperhitungkan didalamnya uncontrollable
evnts-nya. Alternatif-alternarif mengunakan sarana atau alat untuk mengukur
yang akan diproleh atau pengeluaran yang perlu dilakukan dari setiap kombinasi
alternatif keputusan dan pristiwa diluar jangakauan manusia itu.
2.7
Pengaruh
Struktur Organisasi Terhadap Pengambilan Keputusan Manajemen
Menurut Syamsi (2000: 23)
mengemukakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah
keadaan internal organisasi, keadaan internal organisasi bersangkut paut dengan
apa yang ada dalam organsasi tersebut, keadaan internal organisasi antaralain
meliputi dana yang tersedia, keadaan sumber daya manusia, kemampuan karyawan, kelengkapan
dari peralatan organisasi dan struktur organisasi.
Dengan struktur organisasi yang
sesuai dengan perusahaan akan semakin lebih efisien dalam pengambilan keputusan
dalam perusahaan (M. Fitiri dan Widho, 2002). Selanjutnya dalam penelitian yang
dilakukan oleh Muhammad Ridah Suaib (2008) menyatakan bahwa struktur organisasi
mempengaruhi peningkatan kinerja karyawan terutama didukung dengan adanya ketepatan
pembagian tugas dan tanggung jawab.
Hasil penelitian tersebut didukung oleh
Robins (1996) yang menyatakan bahwa: “Struktur organisasi merupakan alat
pengendalian organisasional yang menunjukkan tinggkat pelimpahan wewenang
pimpinan puncak dalam pembuatan keputusan yang secara ekstrim dikelompokkan
menjadi dua, yaitu sentralisasi dan desentralisasi”.
Sedangkan Widjajanto (2001; 18) juga
menambahkan bahwa: “Struktur Organisasi adalah struktur hierarki yang menujukan
suatu susunan pembagian tangung jawab menurut pungsi hirarkis yang ditunjukan
untuk pengambilan keputusan individu dalam suatu organisasi”.
2.8
Pengaruh
Sistem Informasi Manajemen terhadap Pengambilan Keputusan Manajemen
Menurut Edward Harvey (2008)
menyatakan bahwa teknologi pada suatu organisasi dapat menyediakan alat untuk
menganalisis yang berguna untuk penyelidikan dari sejumlah proses organisasi,
termasuk pengambilan keputusan dan pola intra organisasi. Sistem Informasi Manajemen
yang berbasis komputer dapat menjadikan informasi sebagai bahan dalam pengambilan
keputusan yang bermutu, bernilai dan berkualitas, dengan sistem informasi manajemen
yang berbasis komputer, para pimpinan/ manajer dapat lebih mudah, murah,
efisien dan efektif dalam upaya pengambilan keputusan (Ali akbar, 2010 ).
Selanjutnya penelitian yang dilakukan
Pancawati (1997) menunjukan bahwa Sistem Informasi Manajemen merupakan sistem
informasi yang bertujuan untuk pengambilan keputusan, dalam pengambilan
keputusan semakin rendah level manajemen semakin diperlukan informasi lebih
detail dan dalam scope yang lebih luas. Hal ini diperkuat dengan pernyataan
yang dikemukakan oleh Ibnu Syamsi (2000: 12), tujuan utama Sistem Informasi
Manajemen (SIM) adalah “The primary
objective of Management Information System (Mis) is thus to aid the manager in making
timelyand informed decisions”. (tujuan utama Sistem Informasi Manajemen
adalah untuk membantu pimpinan dalam membuat keputusan secara cepat dan tepat).
Selanjutnya dalam penelitian Fitri
Rahmandan dan Widho Bijaksana (2002) menyatakan bahawa Dengan sistem informasi
manajemen yang baik akan memberikan pengaruh terhadap efektivitas pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh para manajer dalam mecapai tujuan organisasi/perusahaan.
Untuk itu pengambilan keputusan memerlukan data yang up to date (segar), dapat
dipertangung jawabkan dan dapat menjangkau semua level dalam organisasi (Ria Arifianti,
2009).
Scoot juga menambahkan dalam
Sastradipoera, (2001: 34) yang menyatakan bahwa: “Sistem informasi manajemen (SIM)
merupkan sistem yang bekerja menghimpun data yang diproses (dalam arti
dirangkum, diklasifikasikan dan difroyeksikan) sedemikan rupa sehinga himpunan
data itu menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan,
mengukur pelaksanaan, membantu perkembangan dan memberikan pengetahuan untuk
pengawasan sehingga tujuan menjadi tercapai”.
Sedangkan Robert G. Murdick dan Joel
E. Ross dalam Sastradipoera (2001: 34) menyatakan bahwa: “Sistem informasi
manajemen merupakan sistem yang bekerja untuk menghimpun, menganalisis,
menyimpan dan menyajikan data bagi para pembuat keputusan manajemen pada semua
tingkatan untuk manajemen arus sumberdaya dalam bentuk bahan-bahan, pekerja,
uang dan fasilitas dan mesin”.
Raymond McLeod (1996: 54) juga
mengemukakan bahwa: “SIM adalah sebagai suatu sistem berbasis komputer yang
menyedikan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan serupa.Output
informasi digunakan oleh manajer maupun non manajer dalam perusahaan untuk
membuat keputusan dalam memecahkan masalah”.
2.9
Hipotesis
Berdasarkan
kerangka berfikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah pengaruh Struktur
Organisasi dan Sistem Informasi Manajemen terhadap Pengambilan Keputusan Manajemen
pada KPP Kanwil Jawa Barat I. Baik secara simultan maupun parsial.
Gambar
2.1 Skema Kerangka Penelitian
2.10
Hasil
Pembahasan
1. Analisis Deskriptif Stuktur
Organisasi
Hasil
perhitungan persentase total skor tanggapan responden pada variabel sturktur
organisasi sebesar 77% berada di antara interval 68.01%–84.00%. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa struktur organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak di
Kanwil Jawa Barat I secara umum baik, namun belum mencapai tingkat ideal (100%)
yang diharapkan.
Selanjutnya
bila dilihat berdasarkan indikator tampak bahwa persentase skor tanggapan responden
pada sebagian besar indikator juga berada pada interval 68,01%–84,00% yang
termasuk dalam kategori baik. Hanya indikator rantai komando berada pada
interval 84,01%-100% yang termasuk dalam katagori sangat baik. Artinya struktur
organisasi di sebagian besar Kantor Pelayanan Pajak di Kanwil Jawa Barat I baik.
Dan hal ini menunjukkan adanya perubahan struktur organisasi dari berdasarkan
per jenis pelayanan menjadi berdasarkan fungsi. Perubahan ini dibuat agar
struktur organisasi menjadi lebih ramping, sehingga dapat meningkatkan
efektifitas Kantor Pelayanan Pajak (Nur, 2007). Agar lebih jelas penulis juga
akan menyajikan gambaran struktur organisasi pada masing-masing indikator,
indikator tersebut diukur dengan menggunakan 6 (enam )indikator dan kemudian dioperasionalisasikan
menjadi 8 (delapan) butir pernyataan.
2. Analisis Deskriptif Sistem Informasi
Manajemen
Hasil
perhitungan persentase total skor tanggapan responden pada variabel sistem
informasi manajemen sebesar 78.57% berada di antara interval 68.01%–84.00%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem informasi manajemen pada Kantor
Pelayanan Pajak di Kanwil Jawa Barat I secara umum sudah baik. Selanjutnya bila
dilihat berdasarkan indikator tampak bahwa persentase skor tanggapan responden
pada sebagian besar indikator juga berada pada interval 68.01%–84.00% yang
termasuk dalam kategori baik.
Dapat
disimpulkan bahwa rata-rata system informasi manajemen yang diterapkan pada
Kantor Pelayanan Pajak di Kanwil Jawa Barat I sudah baik, tetapi belum mencapai
tingkat ideal (100%)dan ditemukan gap 21.43%. Gap ini merupakan hal yang patut
diperhatikan untuk meningkatkan kualitas sistem informasi manajemen pada Kantor
Pelayanan Pajak yang ada di Kanwil Jawa Barat 1.
3. Pengambilan Keputusan Manajemen
Hasil
perhitungan persentase total skor tanggapan responden pada variabel pengambilan
keputusan manajemen sebesar 78,44% berada di antara interval 68.01% – 84,00%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan manajemen pada
Kantor Pelayanan Pajak di wilayak Kanwil Jawa Barat I secara umum sudah baik.
Selanjutnya bila dilihat berdasarkan indikator tampak bahwa persentase skor
tanggapan responden pada sebagian besar indikator juga berada pada interval
68.01% – 84.00% yang termasuk dalam kategori baik. Tetapi masih dibawah ideal (skor100%) dan ditemukan gap 21,56%.
Gap
ini merupakan hal yang patut diperhatikan untuk meningkatkan pengambilan
keputusan manajemen pada KPP yang ada di Kanwil Jawa Barat I. Dan ini sama
dengan fenomena yang disebutkan pada latar belakang bahwa pengambilan keputusan
pada Dirjen Pajak masih belum adanya check & balance dan akuntabilitas yang
memadai serta tidak ada pembagian pengambilan keputusan yang tepat atas
perbedaan pendapat antara wajib pajak dan DJP(Daniri, 2006).
2.11
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
pengaruh Struktur Organisasi dan Sistem Informasi Manajemen terhadap
Pengambilan Keputusan Manajemen pada KPP di KanwilJawa Barat I, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Struktur
organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak di Kanwil Jawa Barat I secara umum sudah
baik. Berdasarkan spesialisasi pekerjaan, departementalisasi, rantai komando, rentang
kendali, sentralisasi & desentralisasi serta formalisasi sudah termasuk
dalam katagori baik bahkan pada indicator rantai komando termasuk dalam
katagori sangat baik.
2. Sistem
informasi manajemen yang digunakan pada Kantor Pelayanan Pajak di Kanwil Jawa Barat
I secara umum sudah baik. Demikian juga bila dilhat berdasarkan indicator
hardware, software, data base, prosedur, brainware dan Jaringan semuanya sudah
termasuk baik. Hanya saja pada indicator jaringan yang digunakan sebagian besar
Kantor Pelayanan Pajak di KanwilJawa Barat I masih tidak bisa di akses secara
cepat.
3. Secara
keseluruhan pengambilan keputusan manajemen pada Kantor Pelayanan Pajak di Kanwil
Jawa Barat I secara umum sudah baik. Berdasarkan indicator tujuan,
indentifikasi alternative jawaban, faktor yang tidak dapat diketahui dan sarana
untuk menguku rhasil yang dicapai termasuk dalam katagori baik.
4. Strukturorganisasi
dan sisteminformasi manajemen memberikan pengaruh yang besar terhadap
pengambilan keputusan manajemen pada Kantor Pelayanan Pajak di Kanwil Jawa Barat
I. Struktur Organisai dan sisteminformasi manajemen adalah salah satu pengaruh dalam
proses peningkatan pengambilan keputusan manajemen. Arah hubungan positif menunjukan
bahawa semakin baik struktur organisasi dan system informasi manajemen maka
akan meningkatkan pengambilan keputusan pada Kantor Pelayanan Pajak di Kanwil Jawa
Barat I. Sebaliknya semakin tidak baik struktur organisasi dan sisteminformasi manajemen
maka akan menerunkan pengambilan keputusan manajemen.
Sumber:
[1]
Fitri Rahmandana & Widho Bijaksana.
(2002). Pengaruh Sistem Informasi Manajemen dan Struktur Organisasi Terhadap
Efektivitas Pengambilan Keputusan pada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A
Belawan. Jurnal Ilmiah”Manajemen &
Bisnis, (No.02), Vol. 02.
[2]
Ibnu Syamsi. (1995). Pengambilan Keputusan
dan Sistem Informasi. Jakarta: Bumi Aksara.
[3]
Iqbal Hasan, M. (2002). Pokok-Pokok
Pengambilan Keputusan. Jakarta : Ghalia.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar