REKLAMASI
PANTAI SINGAPURA
Reklamasi
pantai Singapura dilakukan sejak tahun 1962 dan direncanakan akan berakhir pada
tahun 2010 mendatang. Singapura mengharapkan reklamasi pantai yang dilakukannya
dapat menambah luas wilayah daratannya hingga kurang lebih 160 km². Oleh karena
itu, reklamasi pantai dilakukan di hamper seluruh wilayah pantai Singapura.
Bahan yang digunakan untuk reklamsi pantai adalah pasir laut yang diimpor dari
negara-negara lain.
Indonesia
merupakan pemasok pasir laut yang utama sejak tahun 1976. Pasir laut tersebut
diperoleh dari Propinsi Riau dan Propinsi Bangka Belitung. Reklamasi pantai
Singapura telah berhasil menambah luas daratnnya, yang semula pada waktu
merdeka hanya 581 km² menjadi 766 km² pada tahun 2002.
Reklamasi
pantai yang dilakukan Singapura tersebut berdampak pada :
1. Penentuan
batas maritim Indonesia-Singapura. Reklamasi pantai Singapura dapat menggeser
batas maritim Indonesia-Singapura ke arah selatan, khususnya batas bagian timur
dan barat. Pergeseran tersebut dapat terjadi karena belum selesainya penentuan
batas maritim tersebut dan dimungkinkannya Singapura menggunakan titik pangkal
baru dalam pengukuran batas maritimnya. Sedangkan batas bagian tengah tidak
akan mengalami pergeseran karena perjanjian tentang batas negara bersifat final
dan tidak dapat dirubah.
2. Bagi
Indonesia, reklamasi pantai Singapura yang menyebabkan bergesernya batas
maritim kedua negara ke arah selatan akan sangat merugikan Indonesia. Pertama,
reklamasi pantai Singapura akan mengakibatkan berkurangnya wilayah perairan
Indonesia pada kawasan ini. Kedua, Indonesia tidak dapat lagi menjalankan
kedaulatan teritorialnya di daerah yang semula miliknya tersebut.
3. Bagi
Singapura, reklamasi pantai dapat memperluas wilayahnya, baik wilayah darat,
wilayah perairan dan wilayah udara yang berada di atas 92 wilayah darat dan
perairan tersebut. Reklamasi pantai tersebut juga akan memperluas kedaulatan
teritorial yang dijalankan Singapura atas wilayah tersebut.
CINTA
DATANG TERLAMBAT
Mira saat itu duduk di bangku SMA kelas 10. Mira
adalah gadis yang polos, belum pernah merasakan jatuh cinta apalagi pacaran.
Bukan karena Mira tidak laku tapi memang sejak dulu orang tuanya tak
mengizinkan dia untuk berpacaran dan Mira menuruti apa yang dilarang orang
tuanya itu. Biasanya anak remaja senang hang out ke mall, ke toko buku, atau
kemana pun dengan teman-temannya, tapi tidak dengan Mira.
Mira tak begitu suka dengan keramaian. Dia lebih
betah di dalam rumah dan online di jejaring sosial. Seolah-olah dia hidup di
dunia maya karena disitu dia mempunyai lebih banyak teman. Mira lebih suka
berinteraksi lewat dunia maya daripada di dunia nyata. Keesokan harinya di
dalam kelas saat pelajaran seni budaya Mira mendapat sms dari seseorang.
“Selamat pagi..” isi sms tersebut.
“Nomor
siapa sih ini kok gak ada namanya?”, tanda tanya di pikiran Mira. Dan kemudian
Mira membalas sms tersebut.
“Selamat
pagi juga, maaf ini siapa?”, Tanya si Mira.
“Aku
Dani”, balas cowok itu.
“Ehmm..
Dani temen SMP ku dulu?”, sambil mengingat-ingat wajah cowok itu.
“Hehe
ternyata kamu masih ingat sama aku”, balas cowok itu.
“Ya
ingat dong.. Hehe darimana kamu dapat nomor HP aku?”, tanya si Mira.
“Aku
minta ke Amel waktu buka puasa bersama bulan lalu.”, jawab si cowok itu.
“Oh
begitu ceritanya, ngomong-ngomong ada apa kamu sms aku?”, balas si Mira.
“Cuma
ingin silaturahmi aja sama kamu, gapapa kan?”, balas si cowok tersebut.
“gapapa
kok, tapi maaf kita lanjutin nanti aja ya ngobrolnya soalnya lagi pelajaran
nih”, jelas si Mira yang mencoba memberi pengertian kepada Dani.
“Baiklah..
maaf ya kalau aku udah ganggu kamu”, balas si Dani yang mengerti maksud kata
Mira. Percakapan singkat via sms tersebut harus ditunda sementara.
Perasaan Mira campur aduk antara bingung, heran, dan
kaget mengapa Dani tiba-tiba mengirim sms padanya. Padahal ketika masih duduk
di bangku SMP, mereka tidak begitu akrab bahkan mereka jarang berkomunikasi
secara langsung. Maklum saja, selama ini Mira belum punya teman dekat cowok,
bahkan satu pun tidak ada mungkin itu yang membuat Mira merasa canggung dan
minder jika berbicara dengan teman cowoknya.
Tapi semua berubah semenjak Dani datang ke kehidupan
Mira. Mira mulai membuka dirinya untuk mencoba berinteraksi dengan cowok dan Dani
adalah orang pertama yang mampu merubah pemikiran Mira. Ternyata komunikasi
antara Mira dan Dani masih terus berlanjut lewat via sms. Keduanya mulai merasa
nyaman dan tidak canggung lagi.
“Eh
Mir kenapa kok cuacanya mendung ya ?”kata Dani.
“Oh
iya nih tiba-tiba kok mendung” jawab Mira sambil melihat ke arah luar jendela.
“ya
jelas aja sih kalau mendung, soalnya mataharinya bersembunyi di balik mata kamu
hehe”, balas Dani yang mencoba menggombali Mira.
“Hihihi..dasar
nih anak kerjaannya gombal mulu”, Mira tersipu malu membaca sms itu.
“Hehe..
gombal dikit lah biar nggak serius-serius amat”, balas Dani.
Semakin hari hubungan Mira dan Dani semakin akrab
hingga mereka memutuskan untuk mengikat tali persahabatan. Mereka saling
melengkapi satu sama lain. Hari-hari mereka terasa begitu indah dan bewarna
dengan canda tawa yang tercipta. Mira mulai berubah. Dia bukan Mira yang
tertutup pada cowok, sekarang teman cowoknya mulai banyak. Dan dia yang
sebelumnya tak suka keramaian ataupun hang out dengan temannya, sekarang
berbalik 180 derajat.
Akhirnya Mira menjadi remaja layak pada umumnya.
Persahabatan Mira dan Dani masih terjalin hingga mereka menginjak kelas 12.
Suatu ketika Mira dan Dani sedang duduk di taman favorit mereka, tempat dimana
biasanya mereka bertemu, mengobrol, dan bergurau.
“Eh
Mir aku mau curhat nih”, kata Dani.
“Kamu
lagi ada masalah? Masalah apa? Ayo cerita aja aku siap kok dengerin”, jelas
Mira dengan rasa penasaran.
“Ehm..
bukan masalah kok, aku Cuma lagi naksir aja sama seorang cewek. Dia adik
kelasku di sekolah. Anaknya tuh cantik, ramah, dan semyumnya manis banget”,
kata Dani sambil membayangkan wajah gadis itu.
Seketika
itu Mira langsung terdiam melamun dan entah kenapa dia merasa sedih setelah
mendengar jika Dani jatuh hati pada seorang cewek.
“Mir..
Mira.. helloo.. kamu kok diam sih”, Dani menepuk pundak Mira dan mengacaukan
lamunannya.
“Eh
iya maaf, kamu tadi bilang apa? Kamu suka sama cewek? Hahaha aku gak percaya
kalau kamu bisa jatuh cinta sama cewek”, kata Mira yang mencoba menggoda Dani.
“Eh
jangan salah ya, gini-gini aku juga punya hati dan perasaan dong. Iya kalau
kamuu.. Ehhhh..peace ! hahaha”, cela Dani pada Mira.
“Sialan
kamu ( dengan muka cemberut). Oh iya terus kamu udah nyatain perasaan kamu ke
dia?”, nada bicara Mira mulai serius.
“Ehm..
belum sih tapi secepatnya aku bakal nembak dia. Do’ain aku ya semoga dia
menerima cintaku”, jelas Dani dengan antusias.
“oh..pasti
dong. kalau sahabatku bahagia, aku juga bahagia”, senyum Mira agak terpaksa.
Setelah itu mereka pulang ke rumah masing-masing.
Ada yang mengganjal di hati Mira semenjak tadi, seperti ada jarum yang
menusuk-nusuk hatinya. Ketika sang purnama menampakkan diri, bintang-bintang
gemerlap di langit gelap, Mira duduk termenung di teras rumahnya sambil
memandangi fotonya dan Dani. Mira bertanya-tanya pada dirinya sendiri, ada yang
berbeda dengan perasaannya. Sebelumnya dia tak merasakan segelisah itu.
“Tuhan
apa arti dari rasaku ini? Rasa ini seperti lebih dari sekedar sahabat. Tapi aku
tak mungkin merusak persahabatanku dengan dia hanya karna rasaku ini. Biarlah
aku mencintainya dalam diam”, ujar Mira pada dirinya sendiri. Dan akhirnya Mira
memutuskan untuk memendam perasaannya itu. Kemudian HP Mira tiba-tiba berbunyi,
ternyata itu telepon dari Dani.
“Haduh
dia telepon.. kenapa perasaanku jadi gugup gini. Angkat nggak ya? Angkat aja
deh. Haloo??” , Mira jadi salah tingkah ketika Dani menelponnya.
“Haloo
Mira.. aku mau Tanya nih, boleh nggak?”, ujar Dani.
“iy..yaa…boleh.
mau Tanya apa?”, jawab Mira dengan nada bicara yang agak terbata-bata.
“Rencananya
besok aku mau nembak dia. Aku mau ngasih surprise. Kamu kan cewek, kira-kira
cewek itu suka apa sih?”, Tanya Dani dengan semangatnya.
Tiba-tiba
Mira terdiam sejenak dan melamun.
“Halooo..
Mira?? Kok malah diam sih. Aku lagi nanya nih”, kata Dani yang mengagetkan
Mira.
“Oh
iya maaf, ehmm.. coba kamu kasih bunga mawar. Cewek pasti suka dikasih bunga”,
jawab Mira.
“Oh
gitu ya, yaudah makasih atas sarannya. Kamu memang sahabatku yang the best deh.
Kamu bakal jadi orang pertama yang aku kasih tau kalau dia menerima cintaku”,
ujar Dani dengan sumeringah.
“iya
iya.. udah ya aku ngantuk nih mau tidur”, jawab Mira yang mencari alasan untuk
mengakhiri percakapan mereka.
“Good
night Mira, semoga mimpi indah”, ucap Dani sambil tersenyum.
“Good
night too”, jawab Mira. Tutt Tutt Tutt
Keesokan
harinya, Mira dan Dani bertemu di taman favorit mereka sepulang sekolah. Dani
ingin mengatakan kabar gembira pada Mira.
“Aku
bahagia banget Mir, ternyata dia menerima cintaku. Akhirnya aku dan dia resmi
pacaran. Dia juga suka sama surprise yang aku kasih. Makasih ya atas saran kamu
kemarin”, jelas Dani yang tampak sangat bahagia.
“Benarkah?
Selamat ya! Kalo kamu bahagia, aku juga bahagia”, ucap Mira sambil tersenyum
melihat Dani yang tak pernah sebahagia itu sebelumnya.
“Oh
iya, masak nggak ada sih cowok yang kamu taksir? Cerita dong sama aku. Entar
gantian deh aku bantuin kamu”, Tanya Dani yang penasaran.
“Ada
tapi sayangnya dia baru aja jadian sama cewek lain”, ujar Mira dengan nada
kecewa.
“Ya
ampun sayang banget sih, tapi tenang aja masih banyak kok cowok lain yang akan
mencintai kamu dengan tulus”, kata Dani yang mencoba menghibur Mira tetapi ia
tak sadar kalau cowok yang dimaksud Mira adalah dirinya.
Hari pun telah berganti esok. Tetapi hari itu Mira
tak terlihat sehat, wajahnya tampak pucat. Meskipun begitu ia tetap memaksakan
diri untuk masuk sekolah karena dia tidak mau ketinggalan pelajaran di
sekolahnya. Mira adalah murid yang pintar. Ia selalu menjadi juara kelas. Mira
tidak pernah absen dan selalu mengerjakan tugas dengan tepat waktu. Saat itu
adalah jam istirahat. Tapi Mira memilih tetap didalam kelas ditemani sahabat
baiknya, Clara.
“Kamu
lagi sakit? Kok wajah kamu kelihatan pucat?”, Tanya Clara.
“Aku
gapapa kok, kamu jangan khawatir”, jawab Mira dengan nada yang pelan.
“Kamu
yakin gapapa?”, Clara mencoba memastikan kembali keadaan Mira.
“Iya
Clara, beneran deh gapapa”, jawab Mira sambil tersenyum seolah semuanya
baik-baik saja.
“Oh
iya Mir, gimana perasaan kamu pada Dani? Apakah kamu tak ingin mengatakannya?”,
Tanya Clara. Clara adalah satu-satunya orang yang tau tentang perasaan Mira
pada Dani.
“Sepertinya
tak mungkin. Aku nggak mau persahabatanku dengannya hancur hanya karena aku
egois mementingkan perasaanku. Biarkan dia bahagia bersama orang yang dia
cintai”, tegas Mira.
“Apa
salahnya? Setidaknya dia harus tau tentang perasaanmu meskipun kamu nggak bisa
memilikinya”, ujar Clara yang mencoba meyakinkan Mira.
“Tidak
Clara, karena bagiku persahabatan diatas segalanya. Mempertahankannya tak
semudah menghancurkannya”, tegas Mira untuk kesekian kalinya.
“Yaudah
kalau itu mau kamu, aku bisa memahaminya”, tersenyum menatap Mira.
Ujian kelulusan mereka telah dekat, dan hal tersebut
menentukan siswa untuk bisa melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Dani bercita-cita
untuk kuliah di luar negeri dan menjadi sarjana kedokteran. Maka dari itu Dani
sangat bersemangat untuk mempersiapkan ujiannya agar ia lulus dengan nilai
terbaik di sekolahnya. Setiap hari Dani belajar bersama dengan Mira.
Sebenarnya Dani bukan termasuk siswa yang pintar
tapi berkat kemauannya yang keras, usaha dan do’a yang tak henti, serta Mira
yang membantunya dalam belajar, semuanya bisa ia capai. Akhirnya tiba
pengumuman kelulusan dan ternyata hasilnya sangat memuaskan. Dani lulus dengan
nilai terbaik di sekolahnya. Dan dia tak sabar memberi tahu Mira kabar
membanggakan itu. Tak lama kemudian Dani mengajak Mira bertemu di Taman. Mira
sudah menunggu Dani dibangku taman.
“Miraa..!”,
teriak Dani dengan antusias dan langsung memeluk Mira.
“Gimana
hasilnya?”, Tanya Mira yang penasaran.
“A..ku
lulus Mir, bahkan aku lulus dengan nilai terbaik di sekolahku. Makasih ya Mir,
selama ini kamu udah banyak bantuin aku”, Dani tersenyum bahagia menceritakan
kepada Mira.
“Wah..
selamat ! aku bangga sama kamu. Ini semua berkat usahamu sendiri kok”, jawab
Mira yang ikut bahagia.
“Tapi
besok aku harus berangkat ke New York untuk melanjutkan kuliahku disana”, ujar
Dani. Wajahnya berubah jadi sedih.
“Bagus
dong. Kamu harus janji sama aku ya. Ketika kamu pulang ke Indonesia, kamu harus
membawa gelar sarjana doktermu. Kamu harus jadi orang sukses. Dan Aku ingin
kamu mengabdikan dirimu untuk orang-orang sakit yang membutuhkan
pertolonganmu”, pinta Mira kepada Dani.
“Pasti
Mir, pasti. Aku janji sama kamu akan pulang dengan sarjana dokterku. Dan aku
janji, kamu adalah orang pertama yang akan aku temui”, ucap janji Dani kepada
Mira.
Karena Dani tidak mau menjalin hubungan jarak jauh
maka dari itu dia memilih untuk putus dengan pacarnya. Dan hari itu Dani akan
berangkat ke New York. Tapi entah kenapa Mira tidak ikut mengantarkannya ke
bandara. Padahal Dani ingin bertemu Mira sebelum pesawatnya boarding. Tetapi
Mira tidak akan datang. Dani merasa agak kecewa karena sahabatnya tidak
mengucapkan selamat jalan untuknya.
Tahun demi tahun berganti, dan 5 tahun berlalu
begitu cepat. Akhirnya Dani berhasil menyelesaikan studinya di New York dan ia
lulus sarjana dengan gelar dokter. Dani sangat bahagia karena ia akan segera
pulang ke Indonesia dan tak sabar ingin melepas rindu kepada sahabat terbaiknya
Mira. Kemudian pesawat Dani tiba di bandara dan seperti janjinya, Mira adalah
orang pertama yang akan ia temui. Akhirnya ia sampai di rumah Mira.
“Tok..Tok..Tok..”,
Dani mengetuk pintu rumah Mira.
“Eh
nak Dani, kapan kamu pulang dari New York?”, Tanya mama Mira.
“Apa
ini tante?”, Tanya Dani yang bingung kenapa mama Mira memberinya sebuah buku
diary. Lalu Dani pun membacanya dengan seksama tiap halaman buku diary itu.
“Jadi
selama ini Mira mencintai saya tapi dia tak berani mengatakannya? Berarti cowok
yang ditaksir Mira waktu itu adalah saya?”, Tanya Dani yang tak menyangka
setelah membaca isi diary itu.
“Iya
nak Dani. Mira tak mau menghancurkan persahabatan kalian. Maka dari itu dia
memilih untuk memendam perasaannya kepada nak Dani”, jelas mama Mira dengan air
mata yang menetes di pipinya.
“Ya
Tuhan.. kenapa aku bodoh sekali ! kenapa dulu aku tidak menyadari maksud
perkataan Mira. Sekarang aku yakin kalau Mira adalah cinta sejatiku. Aku tidak
mau menyia-nyiakannya lagi. Sekarang Mira dimana tante?”, Tanya Dani yang ingin
segera mengatakan pada Mira bahwa ia juga mencintainya.
“Ayo
ikut tante. Tante akan mengantarkanmu bertemu Mira”, ajak mama Mira. Dan
beberapa saat kemudian mama Mira dan Dani tiba di suatu tempat.
“Loh
tante ngapain ngajak saya kesini? Saya kan mau ketemu Mira”, Tanya Dani yang
kebingungan.
“Ini
kuburan Mira”, jawab mama Mira. Air mata mama Mira seketika pecah.
“Apa
tante? Jadi Mira sudah meninggal?”, hati Dani langsung hancur ketika membaca
nisan yang bertuliskan nama Mira.
“Iya
nak Dani. 6 tahun yang lalu Mira menderita kanker. Tapi dia menyembunyikannya
dari tante,mungkin kamu juga”, jelas mama Mira yang tak henti menangis.
“Maafkan
aku Mira ! aku emang bodoh bodoh bodoh! aku tak sadar kalau kamu mencintaiku.
Seperti janjiku, aku telah pulang membawa gelar dokterku. Ini semua untuk kamu
Mir. Aku janji akan memenuhi permintaan terakhirmu. Aku akan mengabdikan diriku
untuk orang-orang yang membutuhkan pertolonganku”, janji Dani dan terus
menyalahkan dirinya sendiri.
Dan pada akhirnya Dani menyadari bahwa orang yang
dicintai Mira adalah dirinya sendiri. Tetapi semua terlambat. Seberapa keras ia
menyalahkan dirinya, semua takkan kembali. Bukan Mira yang ia temui melainkan
nisan yang bertuliskan nama Mira. Dani tak pernah menyangka jika hari itu
adalah pertemuan terakhirnya dengan Mira. Mira telah pergi untuk selamanya
dengan membawa cinta yang belum sempat ia katakan pada Dani.
KEAMANAN
NEGARA
Perspektif
tentang Negara adalah konsepsi abstrak mengenai nation-state, yang
sosoknya diwakili oleh Pemerintah, sementara perspektif tentang Nasional lebih
merujuk pada entitas fisik kewilayahan atau batas-batas teritorial suatu nation-state.
Oleh karena itu, keamanan negara merujuk pada pemeliharaan dan kelangsungan
kehidupan nation-state, yang dapat diukur dari parameter-parameter
survivalitas Pemerintah, dalam pengertian sebagai sosok atau wujud kongkret
Negara. Pemerintah dimaknakan bukan sebagai rejim pemerintahan. Pemerintahan
atau rejim pemerintahan dapat, bahkan harus, berganti-ganti, tetapi Pemerintah
sebagai representasi Negara tidak dapat dan tidak boleh berubah-ubah.
Pertanyaan
yang muncul kemudian, siapakah yang ”berwenang” memelihara dan menjaga
survivalitas itu? Sekalipun banyak institusi pemerintahan yang ”dibebani”
(imbued) dengan kewenangan dan tugas seperti itu, fokus perhatian harus
ditujukan pada dua institusi terpenting dalam domain ini, yaitu TNI dan Polri.
Kedua institusi ini memang dibentuk untuk itu. Salah satu alasannya adalah,
militer dan polisi diberi kewenangan untuk menggunakan kekerasan dan senjata. Kewenangan
tersebut dijabarkan ke dalam sejumlah parameter guna mengukur derajat kinerja
masing-masing.
Bagi
Polri, rumusan umum yang diterima adalah
terciptanya keamanan dan rasa aman masyarakat. Keduanya
konsep ini dioperasionalkan lagi ke dalam sejumlah indikator seperti
perlindungan bagi keselamatan nyawa dan harta benda masyarakat. Sebaliknya,
tentara bertugas menjaga dan memelihara keutuhan nation-state dalam pengertian
fisik teritorial.
Di
antara keduanya lah masih terbentang perbedaan tafsir atas apa yang umum
disebut sebagai ”wilayah abu-abu” (grey area). Harus ditegaskan di sini, bahwa
”wilayah abu-abu” bagi polisi lebih menyangkut pada protap mekanisme
pengambilan keputusan, prosedur operasi gabungan (seperti dalam hal BKO), dan
rincian lain yang landasan kewenangannya sudah jelas. Tetapi, sejarah peradaban
yang menyangkut Negara dan Pemerintah sebagai representasinya, secara tegas dan
formal telah memisahkan kedua institusi tersebut sebagai institusi
militer dan institusi sipil. TNI adalah institusi militer, dan Polri
adalah institusi sipil.
Derivasi
lebih lanjut dari status, fungsi dan peran tersebut bersifat kompleks dan
bervariasi dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Salah satu contoh kecil
adalah perbedaan tugas untuk membunuh bagi militer
dan melumpuhkanbagi polisi. Tafsir atas peran ini masih beragam,
sebagaimana tampak pada perdebatan mengenai Protap Dalmas yang disusun Polri.
Ø Pembidangan
dan Kapasitas Institusional
Dengan
perbedaan status, fungsi dan peran tersebut, Polri merumuskan peran dirinya
sebagai ”melindungi, mengayomi, dan melayani.” Dikaitkan dengan konsep-konsep
dan perspektif di atas, maka dirumuskan lah bidang-bidang tugas ke dalam
”pemeliharaan keamanan dan ketertiban” (order maintenance), ”pencegahan
kejahatan” (crime prevention), dan penegakan hukum (law enforcement). Pembagian
bidang, atau bahkan domain ini membawa konsekuensi keluasan rentang peran dan
tugas Polri, sehingga seringkali menimbulkan pertanyaan mengenai kapasitas
institusional untuk menjalankannya.
Di
sisi lain, luasnya cakupan kewenangan dan bidang tugas itulah yang melandasi
status institusional Polri. Muncul berbagai tekanan supaya Polri merumuskan dan
memilih domain yang lebih spesifik, seperti order
maintenance atau law enforcement saja. Jika pilihan pertama yang
diambil, maka (dalam perspektif ini) Polri secara struktural harus ditempatkan
di bawah Departemen Dalam Negeri. Jika pilihan kedua yang dilakukan, maka Polri
harus berada di bawah Departemen Kehakiman (dan Perundang-undangan, atau Hukum
dan HAM—sesuai dengan perubahan nama dan nomenklatur institusi pemerintahan
sipil).
Sekalipun
perspektif ini mengikuti paham universal, konteks dan lingkungan strategis
nasional Indonesia dipandang dan dipercaya masih belum kondusif, setidaknya
untuk masa 4-6 periode pemerintahan mendatang, atau 20 hingga 30 tahun
mendatang. Segmentasi dan pengurangan peran untuk memelihara survivalitas
Negara dan Pemerintah sebagai representasi Negara, hanya akan menurunkan
kapasitas survival Negara itu sendiri. Keyakinan ini tentu berbeda dengan apa
yang terjadi pada militer (TNI) karena persepsi yang berbeda atas fungsi dan peran
militer serta karena rumusan mengenai jenis ancaman yang berbeda pula.
Perkembangan
empirik pemerintahan, khususnya dengan penerapan Otonomi Daerah, menunjukkan
kecenderungan penguatan institusi Pemerintah Daerah dalam hal order
maintenance. Penampakan kongkret adalah membesarnya Dinas-dinas Keamanan dan
Ketertiban (Tramtib) di seluruh Pemda di Indonesia. Tetapi, harus dicatat bahwa
tugas-tugas pemeliharaan yang dilakukan oleh institusi semacam Tramtib juga
menyangkut persoalan hukum, dan terutama keabsahan dalam menggunakan kekerasan
sebagai instrumen pemaksa. Kewenangan seperti itu adalah kewenangan polisional.
Pertimbangan-pertimbangan
itulah (sekalipun tidak dirumuskan secara eksplisit) yang justru melandasi
luasnya cakupan kewenangan Polri. Pernyataan yang kemudian muncul, apakah
struktur, postur, dan kultur Polri memadai untuk mengemban fungsi, peran, dan
tugas-tugas tersebut? Jawaban atas pertanyaan ini bisa positif, bisa pula
negatif, tergantung dari perspektif melihatnya. Sebagai contoh, standar ideal
menurut PBB bagi polisi dibandingkan dengan populasi yang dilayani adalah
1:400.
Angka
ini baru didekati oleh Polda Bali, sementara masih banyak Polda lain yang
perbandingannya di atas 1:1000. Ini saja belum memperhitungkan faktor
geografis; jika ratio sudah ideal pun tetapi secara geografis mencakup wilayah
yang sangat luas, ratio tersebut kurang bermakna tanpa dukungan infrastruktur
sarana dan prasarana tugas yang memadai.
Salah
satu langkah yang ditempuh oleh Polri kemudian adalah ”validasi” organisasi,
yang dilakukan hampir secara terus-menerus, demi mengantisipasi perkembangan
dan tantangan tugas tersebut. Selain itu, Polri secara konsisten juga melakukan
desentralisasi kewenangan, mulai dari penguatan prinsip diskresi pada domain
gakkum, sebagaimana semakin terlihat dalam proses-proses penyelidikan (lidik)
dan penyidikan (sidik) pada domain dan tahap gakkum, hingga desentralisasi
kewenangan institusional.
(Yang
paling terasa secara eksternal adalah ”desentralisasi proyek-proyek Polri”
hingga ke tingkat Polres; tetapi, sesungguhnya secara internal dan struktural,
lebih signifikan pada Orsatwil dan fungsi-fungsi di dalamnya—”atasan” dalam
suatu fungsi hanya sebagai pembina fungsi Orsatwil di bawahnya).
Tetapi,
itu semua tidak cukup, karena masih dibutuhkan kuantitas dan kualitas personel
yang memadai. Semuanya memerlukan dukungan dana yang cukup, sementara
pemerintah masih sangat kekurangan dana-dana pembangunan. Di sinilah masih
terbuka ruang diskusi.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar